Powered By Blogger

Senin, 28 Februari 2011

linguistik

Pendahuluan
Setiap bahasa mempunyai sistem-sistem yang khusus untuk mengikat kata-kata atau kelompok-kelompok kata ke dalam suatu gerak yang dinamis. Sebab itu tidak dapat dibenarkan untuk menyusun tatakalimat suatu bahahasa dengan menerapkan begitu saja sintaksis bahasa lain, sebagai yang dilakukan oleh ahli-ahli tatabahasa lama.
Dari beberapa penulis tatabahasa, terdapat dua pendapat tentang pengertian frasa, yaitu (1) frasa diartikan sebagai suatu fungsi dan (2) frasa diartikan sebagai suatu bentuk. Karena perbedaan pendapat tersebut, batasan tentang frasa yang diberikan oleh para penulis tatabahasa pun berbeda-beda.
Sebagai suatu fungsi, frasa adalah satuan sintaksis terkecil yang merupakan pemadu kalimat. Jadi, frasa dapat terdiri atas sebuah kata, atau terdiri atas bentukan, atau terdiri atas campuran kata dan bentukan-bentukan (Samsuri, 1985:93). Sebagai suatu bentuk, frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif (Kridalaksana, dkk., 1984:162). Bersifat nonpredikat, maksudnya hubungan kata-kata yang membentuk suatu frasa tidak menyebabkan fungsi subjek dan predikat dalam konstruksi tersebut. Sejalan dengan pendapat Kridalaksana, Gorys Keraf (dalam Rusyana dan Samsuri (Editor), 1978:77) mengatakan pada prinsipnya, frasa kesatuan yang terdiri dari dua kata atau lebih yang secara gramatikal bernilai sama dengan sebuah kata yang tidak bisa berfungsi sebagai subjek atau predikat dalam konstruksi itu. Sebaliknya, bila kesatuan itu, yang termasuk dalam sebuah kalimat, dan memiliki subjek dan pfredikat disebut klausa Verhaar (2010:291) mendefinisikan frasa adalah kelompok kata yang merupakan bagian fungsional dari tuturan yang lebih panjang. Sedangkan Abdul Chaer (1997:301) menjelaskan bahwa frasa adalah gabungan dua buah kata atau lebih yang merupakan satu kesatuan, dan menjadi salah satu unsur atau fungsi kalimat (subjek, predikat, objek, atau keterangan). Ramlan (1981:121) mengemukakan bahwa frasa adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi.
Dari batasan tersebut, dikemukakan bahwa frasa mempunyai dua sifat, yaitu:
1. Frasa merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih.
2. Frasa merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi, ialah dalam subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan.
Dari batasan frasa sebagai suatu bentuk, dapat disimpulkan bahwa frasa itu terdiri dua kata atau lebih. Jadi, frasa itu dapat berbentuk kata + kata, kata + kelompok kata, dan kelompok kata + kelompok kata.

Macam-macam frasa
Frasa dapat diklasifikasikan dengan kriteria;
1. Hubungan unsur dalam struktur
2. Jenis kata yang menjadi unsur intinya.
Berdasarkan hubungan unsur dalam struktur, frasa dibedakan atas;
1. Frasa endosentris
2. Frasa eksosentris
Berdasarkan jenis kata yang menjadi unsur intinya, frasa dibedakan atas;
1. Frasa nominal
2. Frasa verbal
3. Frasa ajektival
4. Frasa numeralia
5. Frasa proposisional
6. Frasa pronominal
7. Frasa adverbial
PEMBAHASAN
A. Frasa Endosentris
Frasa endosentris adalah frasa yang berdistribusi pararel dengan intinya. Inti frasa adalah salah satu unsur frasa yang jenis katanya sama dengan jenis frasa tersebut. Berdasarkan jumlah intinya, frasa endosentris dibedakan atas; (1) frasa endosentris koordinatif, (2) frasa endosentris atributif, (3) frasa endosentris apositif.
1. Frasa endosentris koordinatif
Frasa endosentris koordinatif adalah frasa yang intinya mempunyai referensi yang berbeda-beda. Frasa ini terdiri atas unsur-unsur yang setara. Kesetaraannya tersebut terlihat dari kemungkinannya unsur-unsur itu dihubungkan oleh kata sambung dan atau atau. Contoh:
- Paman dan bibi sudah lama tidak menjenguk kami.
- Dua atau tiga hari lagi pemain Brasil pasti datang.
Frasa koordinatif yang tidak mempergunakan kata sambung disebut frasa parataktis. Contoh; hilir mudik, tutur sapa, putih bersih, anak cucu, ibu bapak, besar kecil, kecil mungil, ikal mayang.
2. Frasa endosentris atributif
Frasa endosentris atributif (modifikatif) adalah frasa yang mengandung hanya satu inti. Frasa ini terdiri atas unsur-unsur yang tidak setara, karena itu unsuur-unsur frasa ini tidak mempunyai potensi untuk dihubungkan dengan kata sambung dan atau atau. Contoh:
- Anak nakal itu dihukuim orang tuanya.
- Tamu-tamu yang diharapkan itu belum tentu datang.
3. Frasa endosentris apositif
Frasa endosentris apositif adalah frasa yang inti-intina mempunyai referensi yang sama. unsur-unsur frase ini tidak dapat dihubungkan degan kata sambung dan atau atau dan secara semantis unsur yang satu sama dengan yang lainnya. Frase endosentris apositif umumnya bersifat nominal. Contoh:
- Ali, anak Ahmad, akan pergi ke Jakarta.
- Surabaya, kota pahlawa, terpilih sebagai kota terbersih.

B. Frasa Eksosentris
Frasa eksosentris adalah frasa yang berdistribuisi komplementer dengan unsur-unsurnya. Karena tidak ada unsur-unsurnya yang berdistribusi pararel dengan frasa eksosentris, maka frasa tersebut dikatakan tidak mempunyai inti. Frasa eksosentris mempunyai dua unsur, yaitu: (1) perangkai yang berupa preposisi atau partikel dan (2) sumbu yang berupa kata atau kelompok kata.
Berdasarkan jenis perangkai, frasa eksosentris dibedakan atas: (1) frasa eksosentris direktif/preposisional dan frasa eksosentris non-direktif.
1. Frasa eksosentris direkstif/preposisional
Frasa eksosentris direkstif adalah frasa eksosentris yang perangkainya berupa preposisi. Frasa ini semuanya berdistribusi komplementer dengan unsur-unsurnya, baik dengan perangkai maupun dnegan sumbunya. Contoh:
- Pendekar itu memainkan pedang dengan tangkas.
- Hari ini Ali tidak masuk sekolah karena sakit.
2. Frasa eksosentris non-direktif
3. Frasa eksosentris non-direktif adalah frasa eksosentris yang perangkainya bukan preposisi. Frasa eksosentris non-direktif ada yang berdistribusi komplementer dan ada yang berdistribusi pararel dengan salah satu unsurnya (sumbunya).
Contoh yang berdistribusi komplementer dengan sumbunya:
- Yang mengarang buku ini Ali.
- Para fakir miskin mendapat santunan dari pemerintah.
Contoh yang berdistribusi pararel dengan sumbunya:
- Kaum buruh berdemonstrasi untuk memperjuangkan nasib mereka.
- Para penonton bersorak sorai kegirangan.

C. Frasa Nominal
Frasa nominal adalah frasa yang memiliki distribusi yang sama dengan nomina. Frasa nominal dapat bersifat endosenris, baik yang atributif, koordinatif, maupun apositif; dan dapat pula bersifat eksosentris non-direktif.
1. Frasa nominal endosentris atributif
Frasa nominal endosentris atributif adalah frasa yang intinya terdiri atas nomina dan berdistribusi pararel dengan inti tersebut.
Contoh yang berstruktur nomins/frasa nomina + nomina/frasa nominal;
- Perusahaan tahu kuning di mota Kediri itu sangat terkenal
- Buku tulis adik sudah habis.
Contoh yang berstruktur nomina/frasa nominal + verba/frasa verbal
- Dosen kitu mengajarkan matakuliah membaca lanjut.
- Di sekolah kami diajarkan juga cara memasak.
2. Frasa nominal endosentris koordinatif
Frasa nominal endosentris koordinatif unsur-unsurnya terdiri atas nomina yang dihubungkan dengan konjungsi dan, atau, baik....maupun...atau konjungsi (frasa praktis). Contoh;
- Ayah dan ibu pergi ke Surabaya.
- Sawah ladangnya digadaikan kepada lintah darat.
3. Frasa nominal endosentris apositif
Frasa nominal endosentris apositif, unsur-unsurnya terdiri atas nomina/frasa nominal yang dihubungkan dengan tanda koma. Contoh;
- Amir, adik saya, sedang mengikuti tes CPNS.
- Suminten,anak sulung pak Ali, akan dinikahkan.
4. Frasa nominal eksosentris non-direktif
Frasa nominal eksosentris non-direktif, perangkainya terdiri atas artikula atau partikel, sumbunya terdiri atas nomina/frasa nominal, verba/frasa verbal, ajektiva/frasa ajektival, frasa direktif, numeralia/frasa numeralia. Contoh;
- Yang besar dipisahkan dari yang kecil.
- Yang kakinya sakit tidak diwajibkan upacara.
Contoh yang perangkainya partikel:
- Para undangan diharap segera masuk.
- Para wakil rakyat sedang bersidang di gedung DPR.
D. Frasa verbal
Frasa verbal adalah frasa yang mempunyai distribusi pararel dengan verba. Unsur-unsur frasa verbal adalah verba sebagai inti dan dengan verba/frasa verbal, ajektiva/frasa ajektival, frasa eksosengtris direktif, adverbia/frasa adverbial sebagai atributnya. Frasa verbal hanya bersifat endosentris, baik yang atributif maupun yang koodinatif.
Contoh yang berstruktur verba/frasa velbal+verba/frasa verbal:
- Siswa kelas VI sedang diajar merangkai bunga.
- Anak-anak itu pergi mandi ke sungai.
Contoh yang berstruktur verba/frasa verbal + ajektiva/frasa ajektival:
- Para tamu itu sedang tidur nyenyak di ruang tamu.
- Buah-buahan itu tumbuh subur di daearah berhawa dingin.
E. Frasa Numeralia
Frasa numeralia adalah frasa yang mempunyai distribusi pararel dengan numeralia. Unsur numeralia adalah numeralia sebagai ini dan dengan numeralia/frasa numeralia sebagai atributnya. Contoh;
- Ibu membeli sepuluh butir telur ayam kampung.
- Dua atau tiga minggu lagi buku pesanan saya itu pasti datang.
F. Frasa Preposisional
Frasa proposisional adalah frasa yang perangkainya menduduki posisi di depan sumbunya. Frasa ini diawali oleh preposisi sebagai perangkainya, diikuti oleh nomina/frasa nominal, verba/frasa verbal. Frasa preposisional bersifat eksosentris direktif.
Contoh yang berstruktur preposisi/frasa preposisional + nomina/frasa preposisional;
- Putra-putra bangsa bertempur mati-matian demi kemerdekaan.
- Sejak dari Surabaya, bus itu tidak menaikkan penumpang sama sekali.
Contoh berstruktur preposisi/frasa preposisional + verba/frasa verbal;
- Harta miliknya habis terjual untuk membayar hutangnya.
- Untuk mewujudkan cita-citanya, Ali terpaksa meninggalkan kampung halamannya.
G. Frasa Pronominal
Frasa pronominal adalah frasa yang intinya terdiri atas nomina. Unsur frasa pronomina adalah pronomina sebagai inti dan dengan pronomina, numeralia, demonstrativa, adverbia, dan frasa nominal sebagai atributnya. Frasa pronominal bersifat endosentris, baik yang atributif, koordinatif, maupun apositif.
Contoh yang berstruktur pronomina + pronomina;
- Kami sendiri yang mengerjakan karya besar ini.
- Saya dan mereka tidak ada kaitan kerabat sama sekali.
Contoh berstruktur pronomina + numeralia:
- Kita semua yang bertanggung jawab terhadap akibat tindakan ini.
- Kamu seorang yang menjadi tumpuan harapan keluarga.
Contoh yang berstruktur pronomina + demostrativa:
- Mereka itu adalah orang-orang yang telah berjasa kepada negara.
- Kami ini hanya menuntut perbaikan nasib.
Contoh yang berstruktur pronomina + adverbia;
- Mungkin dia yang terpilih sebagai kepala desa.
- Engkau sajalah yang menangani masalah itu.
Contoh yang berstruktur pronomina + frasa nominal
- Kami, orang tua,harus menjadi contoh bagi anak-anak.
- Kamu, pemuda harapan bangsa,harus mempersiapkan diri untuk menghadapi masa depan.
H. Frasa Adverbial
Frasa adverbial adalah frasa yang mempunyai distribusi pararel dengan adverbia. Frasa adverbia terdiri atas adverbia saja sebagai unsurnya dan bersifat endosenytris atributif. Contoh;
- Pemilihan kepala desa itu tidak mungkin lagi ditunda.
- Masalah pribadi tidak boleh dicampur-adukkan dengan masalah dinas.


Daftar Referensi

Gorys Keraf. 1978. Tata bahasa Indonesia untuk Sekolah Lanjutan Atas.Ende Flores: Penerbit Nusa Indah.

Harimurti Kridalaksana, dkk. 1984. Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia Sintaksis. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Oscar Rusmadji. 1993. Aspek-aspek Sintaksis Bahasa Indonesia. Malang: IKIP Malang.

Ramlan, M.1981. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis.Yogyakarta: UP Karyono.

Samsuri. 1975. Morfo-Sintaksis. Malang : Lembaga Penerbitan Almamater YPTP IKIP.

Samsuri. 1985. Tata kalimat\Bahasa Indonesia. Jakarta: Sastra Hudaya.

Verhaar, J.W.M. 2010. Asas-asas Linguitik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

1 komentar: